SEDIH RASA BACA PUISI INI
kalian rampas subsidi kami,
entah ke mana dibawa lari
kalian beritahu,
wang mesti dicatu, kita menuju maju...
entah ke mana dibawa lari
kalian beritahu,
wang mesti dicatu, kita menuju maju...
kalian kata: jika tidak,
semua menderita, habis harta negara...
kalian berbahasa: bukan barang naik harga,
cuma subsidi turun sahaja...
cuma subsidi turun sahaja...
kami orang desa, mungkin tidak pandai kira berjuta-juta...
kami orang kecil kota, mungkin tiada sedemikian harta...
jika kalian tipu sebegitu, biasanya kami diam selalu...
tapi dapatkah kami dibohongi,tentang suapan saban hari?
apalah yang dapat diberitahu anak ke sekolah?
papa semakin parah?
wang semakin lelah?
wang semakin lelah?
jika semalam berlauk,
hari ini cuma berkuah...
hari ini cuma berkuah...
kerana kerajaan kita sedang susah?
maka subsidi kita terpaksa diserah...
maka subsidi kita terpaksa diserah...
jika semalam kau makan sepinggan, hari ini separuh
kerana barang makin angkuh, wang papa makin rapuh...
kerana barang makin angkuh, wang papa makin rapuh...
apa yang dapat dibisik pada anak berkopiah ke madrasah?
makananmu sayang, sebahagiannya sudah hilang...
jika mereka bertanya siapa yang bawa lari
kepada siapa patut kami tuding jari?
janganlah nanti mereka membenci pertiwi...
kepada siapa patut kami tuding jari?
janganlah nanti mereka membenci pertiwi...
akibat pencuri harta bumi rakyat marhaen ini..
atau kami jadi insan curang...
kami beritahu; cuma subsidi sahaja yang kurang?
tiada apa yang hilang, nanti akan datang wang melayang...
dengar sini wahai yang tidak memijak bumi!
pernahkah kalian mengintipi kehidupan kami...
pernahkah kalian ngerti makna derita dan susah hati...
kami yang semput bagai melukut di kota kedekut...
kami yang bekerja hingga senja di desa yang makin terseksa,
bertarung nyawa dan masa, menghitung setiap belanja
bertarung nyawa dan masa, menghitung setiap belanja
pernahkah kau merasa?
rumah bocor yang lanjut usia...
rumah bocor yang lanjut usia...
baju dan kasut anak yang koyak
tinggal dalam rumah yang berasak-asak
siang kami sebak, malam kami sesak...
tinggal dalam rumah yang berasak-asak
siang kami sebak, malam kami sesak...
sedangkan kalian manusia angkasa...
istana permata dibina, kereta berjuta dirasa...
elaun di serata, dari isteri sehingga seluruh keluarga...
hidangan istimewa, konon meraya kemakmuran negara...
istana permata dibina, kereta berjuta dirasa...
elaun di serata, dari isteri sehingga seluruh keluarga...
hidangan istimewa, konon meraya kemakmuran negara...
tapi kami masih di sini..di teratak ini...
dengan lauk semalam..
dengan hidangan yang tidak bertalam...
dengan rumah yang suram...
dengan wang yang hampir padam...
tiada istana lawa...tiada kereta berharga...
tiada layanan diraja..tiada baju bergaya
tiada kediaman menteri... tiada hidangan vip...
tiada persen di sana-sini.. tiada bahagian anak dan bini...
tiba-tiba kalian kata: kamilah beban negara...
aduhai celaka bahasa yang kalian guna...
kalian yang belasah, kami yang bersalah...
kalian buat untung, hutang kami tanggung...
kalian mewah melimpah, kami susah parah
kalian hilangkan wang,
poket kami yang terbang...
kalian bina istana, rumah kami jadi mangsa...
kalian makan isi,
kami dijadikan abdi...
lantas, kalian rampas lagi subsidi...
ke mana wang itu pergi nanti?
ke mana wang itu pergi nanti?
jika kalian berhati suci,
wajib mengganti buat kami...
jika tidak pun buat gula konon merbahaya
mengapa tidak beras diturun harga?
jika tidak untuk minyak kereta...
mengapa tambang tidak potong sahaja...
tapi entah berapa kali janji...
konon: nanti kami ganti, kami ganti, kami ganti...
mengapa tambang tidak potong sahaja...
tapi entah berapa kali janji...
konon: nanti kami ganti, kami ganti, kami ganti...
hari demi hari, ceritanya pun tidak berbunyi lagi...
kami terus termanggu di sini...
kalian juga yang nikmati...
kami hanya menggigit jari...
kami terus termanggu di sini...
kalian juga yang nikmati...
kami hanya menggigit jari...
kembalikanlah kepada kami harta negara...
jangan hanya kalian sahaja yang merasa...
jangan hanya kalian sahaja yang merasa...
Nukilan Dr MAZA
7 Comments
ermmmmmmmmmmmmmm
ReplyDeletekami setujuuuu !. kalian pergi mane2 semua ditanggung, kami? kami yg mnggung.. letihh bak hanggggg !
ReplyDeleteMencengkam hati membaca puisi begini
ReplyDeleteAlangkah baiknya jika 'mereka' mambaca isi hati kita ini.
Semoga Allah SWT membuka mata hati mereka...
ReplyDeletememang setuju dengan puisi ni...btw betul ke dr.maza yang tulis atau ada orang lain yang guna nama samaran tu?
ReplyDeletesedihnya
ReplyDeleteSedih sangat2.. kerana mereka kami terpaksa mencatu hidup..
ReplyDeleteThanks for leaving your comment. Please come again. I will visit your blog soon.